1.Gunung
Cook di Pulau Selatan (Selandia Baru)
Pulau
Selatan adalah salah satu dari dua pulau utama yang membentuk Kepulauan
Selandia Baru, satunya lagi adalah Pulau Utara. Nama Maori dari pulau ini
adalah Te Wai Pounamu yang berarti “Air batu hijau” (batu hijau berarti jade).
Dia
memiliki wilayah 151.215 km², membuatnya salah satu pulau terbesar ke-12 di
dunia. Di sepanjang pesisir baratnya terdapat pegunungan Alps Selatan; Gunung
Cook merupakan titik tertinggi, 3.754 di atas permukaan laut.
2.Gunung
Fuji di Jepang
Gunung Fuji (富士山 ,Fuji-san?, IPA: [ɸɯʥisaɴ]) adalah gunung tertinggi di Jepang, terletak di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi, di sebelah barat Tokyo. Gunung Fuji terletak dekat pesisir Pasifik di pusat Honshu. Fuji dikelilingi oleh tiga kota yaitu Gotemba (timur), Fuji-Yoshida (utara) dan Fujinomiya (barat daya). Gunung setinggi 3.776 m ini dikelilingi juga oleh lima danau yaitu Kawaguchi, Yamanaka, Sai, Motosu dan Shoji.
Gunung
Fuji adalah simbol Jepang yang terkenal dan sering digambarkan dalam karya seni
dan foto-foto, serta dikunjungi pendaki gunung maupun wisatawan.
Gunung
Fuji diperkirakan terbentuk sekitar 10.000 tahun yang lalu. Sebuah gunung
berapi yang kini masih aktif walaupun memiliki kemungkinan letusan yang rendah,
Fuji terakhir kali meletus pada tahun 1707. Terdapat lima danau di sekeliling
Fuji, yaitu Danau Kawaguchi, Danau Yamanaka, Danau Sai, Danau Motosu dan Danau
Shoji.
Sekitar
200.000 orang mendaki Gunung Fuji setiap tahunnya, 30% di antaranya orang
asing. Tenggat waktu yang paling populer bagi para pendaki adalah dari 1 Juli
hingga 27 Agustus. Pendakian bisa memakan waktu dari 3 hingga 7 jam sementara
penurunan gunung mencapai sekitar 2 hingga 5 jam.
3.Gunung
Etna di Sisilia (Italia)
Gunung Etna (atau Aetna, dan dikenal secara lokal dengan nama Mongibello) adalah gunung berapi aktif di pesisir timur Sisilia, dekat Messina dan Catania.
Etna
adalah gunung berapi terbesar di Eropa, dengan ketinggian sekitar 3.320 m dan
keliling dasar sepanjang 140 km, membuatnya menjadi gunung tertinggi di Italia
di selatan Alpen.
Etna
mencakup wilayah seluas 1190 km². Ia adalah yang terbesar di antara
gunung-gunung berapi di Italia. Tingginya tiga kali lebih besar dari pesaing
terdekatnya, Vesuvius. Etna adalah salah satu gunung teraktif di dunia dan
hampir selalu dalam keadaan meletus. Meski demikian, ia tidak dianggap sebagai
terlalu berbahaya.
4.Gunung
Erebus di Antartika (Kutub Selatan)
Gunung Erebus adalah gunung berapi aktif di Antartika. Gunung ini berketinggian 3794 meter di atas permukaan laut dan berlokasi di 77,5 LS, 167,2 BT. Erebus ditemukan pertama kalinya pada tahun 1841 oleh James Clark Ross dan mulai didaki pada tahun 1908. Gunung berapi ini telah terus aktif sejak tahun 1972. Nama gunung ini berasal dari nama Erebus, salah satu dewa dalam mitologi Yunani.
5.Gunung
Pelee di Prancis
Fort-de-France, awalnya bernama Fort-Royal, adalah ibu kota Martinik, sebuah negara persemakmuran seberang lautan (DOM) Perancis di Laut Karibia. Luas kota ini 44,21 km² dengan populasi sebanyak 134.727 jiwa (sensus 1999). Perekonomian Fort-de-France mulai berkembang sejak kehancuran Saint-Pierre akibat letusan Gunung Pelée pada tahun 1902. Fort Saint-Louis, pangkalan angkatan laut Perancis, terletak di salah satu sisi kota ini.
Patung
Joséphine de Beauharnais, istri pertama Napoleon Bonaparte, dapat dijumpai di
kota ini. Joséphine lahir di Pulau Martinik.
6.Gunung
Vesuvius di Pompeii (Italia)
Gunung Vesuvius (bahasa Italia: Monte Vesuvio) adalah satu-satunya gunung berapi aktif di Eropa Daratan yang terletak di sebelah timur Napoli, Italia. Pada tahun 79, letusan gunung ini menghancurkan kota Pompeii.
7.Gunung
Ararat di Turki
Gunung Ararat (Bahasa Turki: Ağrı Dağı; Bahasa Armenia: Արարատ; Bahasa Persia: آرارات; Bahasa Ibrani: אררט, Bahasa Ibrani Standar Ararat, Bahasa Ibrani Tiberia ʾĂrārāṭ), puncak tertinggi di Turki modern, ialah sebuah gunung berapi yang terletak agak jauh di timur laut Turki, 16 km di sebelah barat Iran dan 32 km selatan Armenia. Di dalam cerita Israiliyat diidentifikasikan gunung inilah tempat berlabuhnya Bahtera Nabi Nuh setelah “banjir besar” yang disebutkan di dalamnya.
Horen
yang lebih rendah (3896 m), Gunung Ararat Kecil, menjulang tepat di tenggara
puncak utama. Plato lava terbentang antara 2 puncak. Secara teknis, Ararat
ialah stratovulkanik, terbentuk dari aliran lava dan pyroclastic ejecta.
Ciri-ciri
bentuk kapal yang ditafsirkan pada foto udara Ararat menyebabkan kegemparan di
akhir 1950an (lihat pseudoarkeologi), walau ekspedisi menemukan ciri-ciri yang
menjadi longsoran dan aliran lava.
8.Gunung
Krakatau di Selat Sunda (Indonesia)
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana yang, karena letusan pada tanggal 26-27 Agustus 1883, kemudian sirna. Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Letusan
Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua
setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar
redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga
New York.
Ledakan
Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan
Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di
Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia
masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi
manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah
ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat
bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah
penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi
dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum
mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
9.Gunung
Merapi di perbatasan Jateng-DIY (Indonesia)
Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi di Indonesia yang masih aktif. Terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 2.968 m (9.737 kaki). Lokasinya meliputi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (DI Yogyakarta). Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Berdasarkan sejarah, Gunung Merapi mulai tampil sebagai gunung api sejak tahun 1006, ketika itu tercatat sebagai letusannya yang pertama (Data Dasar Guungapi Indonesia, 1979). Sampai Letusan Februari 2001, sudah tercatat meletus sebanyak 82 kejadian. Secara rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 catatan kegiatan Merapi mulai kontinyu dan terlihat bahwa, siklus terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 dan kegiatan 1658.
Erupsi
Gunung Merapi selalu dilalui dengan proses yang panjang yang dimulai dengan
pembentukan kubah, guguran lava pijar, awan panas yang secara definisi
sesungguhnya awal dari erupsi tipe efusif. Di bawah ini ditampilkan tabel yang
memuat waktu letusan dan lamanya letusan tersebut yang dihitung sejak masa awal
proses erupsi hingga letusan puncak secara menyeluruh.
Tabel 1. Daftar masa letusan, lamanya kegiatan, dan masa istirahat Gunung Merapi sejak tahun 1871 (Suparto S. Siswowidjojo, 1997, disempurnakan)
Tabel 1. Daftar masa letusan, lamanya kegiatan, dan masa istirahat Gunung Merapi sejak tahun 1871 (Suparto S. Siswowidjojo, 1997, disempurnakan)
Tahun
Lamanya Masa Istirahat/ Waktu Letusan
Kegiatan Kegiatan (tahun) Lama Istirahat (tahun) Puncak
___________________________________________________________
1871-1872 1 1872-1878/6 15 April 1872
1878-1879 1 1878-1881/3 Dalam tahun 1879
1882-1885 3 1885-1886/1 Januari 1883
1886-1888 3 1888-1890/2 Dalam tahun 1885
1890-1891 1 1891-1892/1 Agustus 1891
1892-1894 2 1894-1898/4 Oktober 1894
1898-1899 1 1899-1900/1 Dalam tahun 1898
1900-1907 7 1907-1908/1 Terjadi tiap tahun
1908-1913 5 1913-1914/1 Dalam tahun 1909
1914-1915 1 1915-1917/2 Maret-Mei 1915
1917-1918 1 1918-1920/2 Februari, April 1922
1920-1924 4 1924-1930/6 18 Des ’30,
1930-1935 5 1935-1939/4 27 Apr’34
1939-1940 1 1940-1942/2 23 Des.’39, 24 Jan’40
1942-1943 1 1943-1948/5 Juni 1942
1948-1949 1 1949-1953/4 29 September 1948
1953-1954 1 1954-1956/2 18 Januari 1954
1956-1957 1 1957-1960/3 3 Januari 1953
1960-1962 2 1962-1967/5 8 Mei 1961
1967-1969 2 1969-1972/3 8 Januari 1969
1972-1974 2 1974-1975/1 13 Desember 1972
1975-1985 10 1985-1986/7 15 Juni 1984
1986-1987 1 1986-1987/1 10 Oktober 1986
1992-1993 1 1987-1992/5 2 Februari 1992
1993-1994 1 1993/5 bln 22 November 1994
1996-1997 1 1994-1996/2 14,17 Januari 1997
1998 1 bln 1997-1998/1 11,19 Juli 1998
2000-2001 1 1998-2000/2 10 Februari 2001
___________________________________________________________
Referensai Utama Direktorat Vulkanologi Data Dasar Gunung api Indonesia 1979, B. Voight, R.Sukhyar dan A.D. Wirakusumah Journal of volcanology and geothermal research Volume 100, 2000, J.A. Katili, Suparto S. Pemantauan Gunungapi di Indonesia dan Filipina, 1995
Berikut gambaran detailnya :
Kegiatan Kegiatan (tahun) Lama Istirahat (tahun) Puncak
___________________________________________________________
1871-1872 1 1872-1878/6 15 April 1872
1878-1879 1 1878-1881/3 Dalam tahun 1879
1882-1885 3 1885-1886/1 Januari 1883
1886-1888 3 1888-1890/2 Dalam tahun 1885
1890-1891 1 1891-1892/1 Agustus 1891
1892-1894 2 1894-1898/4 Oktober 1894
1898-1899 1 1899-1900/1 Dalam tahun 1898
1900-1907 7 1907-1908/1 Terjadi tiap tahun
1908-1913 5 1913-1914/1 Dalam tahun 1909
1914-1915 1 1915-1917/2 Maret-Mei 1915
1917-1918 1 1918-1920/2 Februari, April 1922
1920-1924 4 1924-1930/6 18 Des ’30,
1930-1935 5 1935-1939/4 27 Apr’34
1939-1940 1 1940-1942/2 23 Des.’39, 24 Jan’40
1942-1943 1 1943-1948/5 Juni 1942
1948-1949 1 1949-1953/4 29 September 1948
1953-1954 1 1954-1956/2 18 Januari 1954
1956-1957 1 1957-1960/3 3 Januari 1953
1960-1962 2 1962-1967/5 8 Mei 1961
1967-1969 2 1969-1972/3 8 Januari 1969
1972-1974 2 1974-1975/1 13 Desember 1972
1975-1985 10 1985-1986/7 15 Juni 1984
1986-1987 1 1986-1987/1 10 Oktober 1986
1992-1993 1 1987-1992/5 2 Februari 1992
1993-1994 1 1993/5 bln 22 November 1994
1996-1997 1 1994-1996/2 14,17 Januari 1997
1998 1 bln 1997-1998/1 11,19 Juli 1998
2000-2001 1 1998-2000/2 10 Februari 2001
___________________________________________________________
Referensai Utama Direktorat Vulkanologi Data Dasar Gunung api Indonesia 1979, B. Voight, R.Sukhyar dan A.D. Wirakusumah Journal of volcanology and geothermal research Volume 100, 2000, J.A. Katili, Suparto S. Pemantauan Gunungapi di Indonesia dan Filipina, 1995
Berikut gambaran detailnya :
*
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786,
1822, 1872, dan 1930.
* Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur.
* Letusan Gunung Merapi di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
* Letusan Gunung Merapi pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan kepala keluarga serta memakan korban puluhan jiwa manusia.
* Letusan Gunung Merapi pada 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.
* Pada tanggal 15 Mei 2006 Gunung Merapi kembali meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Disambung kemudian pada 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
* Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur.
* Letusan Gunung Merapi di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
* Letusan Gunung Merapi pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan kepala keluarga serta memakan korban puluhan jiwa manusia.
* Letusan Gunung Merapi pada 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.
* Pada tanggal 15 Mei 2006 Gunung Merapi kembali meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Disambung kemudian pada 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
Karakter
dan Gejala Letusan
Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat bahwa tipe letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan menghasilkan awan panas guguran yang dikenal dengan Tipe Merapi (Merapi Type). Kejadiannya adalah kubah lava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena posisinya tidak stabil atau terdesak oleh magma dari dalam dan runtuh yang diikuti oleh guguran lava pijar. Dalam volume besar akan berubah menjadi awan panas guguran (rock avalance), atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan sebutan wedhus gembel, berupa campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu tinggi (>700oC) dalam terjangan turbulensi meluncur dengan kecepatan tinggi (100 km/jam) ke dalam lembah. Puncak letusan umumnya berupa penghancuran kubah yang didahului dengan letusan eksplosif disertai awan panas guguran akibat hancurnya kubah. Secara bertahap, akan terbentuk kubahlava yang baru.
Hartman (1935) membuat simpulan tentang siklus letusan Gunung Merapi dalam 4 kronologi yaitu:
Kronologi 1.
Diawali dengan satu letusan kecil sebagai ektrusi lava. Fase utama berupa pembentukan kubahlava hingga mencapai volume besar kemudian berhenti. Siklus ini berakhir dengan proses guguran lava pijar yang berasal dari kubah yang terkadang disertai dengan awanpanas kecil yang berlangsung hingga bulanan.
Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat bahwa tipe letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan menghasilkan awan panas guguran yang dikenal dengan Tipe Merapi (Merapi Type). Kejadiannya adalah kubah lava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena posisinya tidak stabil atau terdesak oleh magma dari dalam dan runtuh yang diikuti oleh guguran lava pijar. Dalam volume besar akan berubah menjadi awan panas guguran (rock avalance), atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan sebutan wedhus gembel, berupa campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu tinggi (>700oC) dalam terjangan turbulensi meluncur dengan kecepatan tinggi (100 km/jam) ke dalam lembah. Puncak letusan umumnya berupa penghancuran kubah yang didahului dengan letusan eksplosif disertai awan panas guguran akibat hancurnya kubah. Secara bertahap, akan terbentuk kubahlava yang baru.
Hartman (1935) membuat simpulan tentang siklus letusan Gunung Merapi dalam 4 kronologi yaitu:
Kronologi 1.
Diawali dengan satu letusan kecil sebagai ektrusi lava. Fase utama berupa pembentukan kubahlava hingga mencapai volume besar kemudian berhenti. Siklus ini berakhir dengan proses guguran lava pijar yang berasal dari kubah yang terkadang disertai dengan awanpanas kecil yang berlangsung hingga bulanan.
Kronologi
2.
Kubahlava sudah sudah terbentuk sebelumnya di puncak. Fase utama berupa letusan bertipe vulkanian dan menghancurkan kubah yang ada dan menghasilkan awanpanas. Kronologi 2 ini berakhir dengan tumbuhnya kubah yang baru. Kubah yang baru tersebut menerobos tempat lain di puncak atau sekitar puncak atau tumbuh pada bekas kubah yang dilongsorkan sebelumnya.
Kubahlava sudah sudah terbentuk sebelumnya di puncak. Fase utama berupa letusan bertipe vulkanian dan menghancurkan kubah yang ada dan menghasilkan awanpanas. Kronologi 2 ini berakhir dengan tumbuhnya kubah yang baru. Kubah yang baru tersebut menerobos tempat lain di puncak atau sekitar puncak atau tumbuh pada bekas kubah yang dilongsorkan sebelumnya.
Kronologi
3.
Mirip dengan kronologi 2, yang membedakan adalah tidak terdapat kubah di puncak, tetapi kawah tersumbat. Akibatnya fase utama terjadi dengan letusan vulkanian disertai dengan awanpanas besar (tipe St. Vincent ?). Sebagai fase akhir akan terbentu kubah yang baru.
Mirip dengan kronologi 2, yang membedakan adalah tidak terdapat kubah di puncak, tetapi kawah tersumbat. Akibatnya fase utama terjadi dengan letusan vulkanian disertai dengan awanpanas besar (tipe St. Vincent ?). Sebagai fase akhir akan terbentu kubah yang baru.
Kronologi
4.
Diawali dengan letusan kecil dan berlanjut dengan terbentuknya sumbatlava sebagai fase utama yang diikuti dengan letusan vertikal yang besar disertai awanpanas dan asap letusan yang tinggi yang merupakan fase yang terakhir.
Diawali dengan letusan kecil dan berlanjut dengan terbentuknya sumbatlava sebagai fase utama yang diikuti dengan letusan vertikal yang besar disertai awanpanas dan asap letusan yang tinggi yang merupakan fase yang terakhir.
Pada
kenyataannya, terutama sejak dilakukan pemantauan yang teliti yang dimulai
dalam tahun 1984, batasan setiap kronologi tersebut sering tidak jelas bahkan
bisa jadi dalam satu siklus letusan berlangsung dua kronologi secara bersamaan,
seperti pada Letusan 1984.
Seiring
dengan perkembangan teknologi, sejak 1984 ketika sinyal data dapat dikirim
melalui pemancar radio (radio telemetry) sistem tersebut mulai dipergunakan
dalam mengamati aktivitas gunung api di Indonesia, termasuk di Gunung Merapi.
Dan sejak saat itu gejala awal letusan lebih akurat karena semua sensor dapat
ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat kegiatan tergantung kekuatan pemancar
yang dipergunakan, secara normal dapat menjangkau hingga jarak antara 25 – 40
km.
Hampir
setiap letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati dengan seksama yang
dimulai tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang jelas. Secara umum
peningkatan kegiatan lazimnya diawali dengan terekamnya gempabumi vulkanik-dalam
(tipe A) disusul kemudian munculnya gempa vulkanik-dangkal (tipe B) sebagai
realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan. Ketika kubah mulai terbentuk,
gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti dengan makin besarnya jumlah gempa
guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi
mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan deformasi.
Riwayat
geologi
Gunung
Merapi adalah gunung termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan
Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan-letusan di daerah tersebut
berlangsung sejak 400.000 tahun lalu (Pleistosen), dan sampai 10.000 tahun lalu
tipe letusannya adalah efusif (leleran lava). Setelah itu, letusannya juga
bersifat eksplosif (ledakan), dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah
lava.
Letusan-letusan
kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006, 1786, 1822,
1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah
Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu
vulkanik.[rujukan?] Diperkirakan, letusan tersebutlah yang menyebabkan pusat Kerajaan
Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930
menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang.
Letusan
bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau
beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup
besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan
letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi
yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali
beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan hulu
Kali Bebeng karena terkna terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan
Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar selama 100 tahun
terakhir, merusak 32 desa dan memakan korban nyawa lebih daripada 100 orang
(angka masih dapat berubah), meskipun pengamatan terhaedap Merapi telah sangat
intensif dan manajemen pengungsian telah berfungsi relatif baik.
2006
Di bulan
April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali,
ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah
dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat
Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada
tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa
aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah
Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume
lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik – artinya lava telah
memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru
akan langsung keluar dari kubah Merapi.
1 Juni,
Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari
belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu
ini. [1]
8 Juni,
Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang
membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha
melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan
kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih
mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian
kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. [2]
Status
terkini
2010
20 September,
Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK
Yogyakarta. 21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB. 25
Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada
pukul 06.00 WIB. 26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut
laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi
hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5
meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material
vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.[3] 27 Oktober, Gunung Merapi pun
meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.
28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan
keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. [4]
Letusan
terbesar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan
setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi.
Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak
henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5
November 2010. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota
Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat
Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota
Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga
Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah
mencapai Tasikmalaya, Bandung,[5] dan Bogor.[6]
Catatan :
Artikel ini akan selalu di update sesuai dengan perkembangan di masa
mendatang..
Semoga bermanfaat..!
Semoga bermanfaat..!
Sumber:
Karakteristik
Gunungapi, 2000, BPPTK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar